21 Oktober, 2007

Pustu dan Polindes

Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan unit terkecil dari pelaksana teknis di bidang kesehatan. Ia dibangun demi mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di desa, yang masyarakatnya mungkin sulit atau cukup jauh untuk menjangkau Puskesmas di kota kecamatan. Pendirian Pustu dan Polindes dianggap sebagai satu solusi yang tepat dalam mengantisipasi transport yang sulit serta waktu kunjungan. Masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan ditingkat dasar, tidak harus lagi ke Puskesmas karena sudah dapat dilayani oleh petugas di Pustu maupun Polindes. Pustu mulai ada di Kecamatan Belitang Hilir pada tahun 1980 dengan dibangunnya Puskesmas Pembantu Semadu. Pemilihan desa Semadu sebagai tempat pertama kali Pustu dibangun adalah pilihan yang tepat. Jarak Semadu - Sungai Ayak ibukota Kecamatan Belitang Hilir kurang lebih 32 km. Jalur akses paling paforit pada waktu itu adalah lewat sungai, memerlukan waktu sekitar 4 - 6 jam menggunakan perahu bermotor (speed - motor tempel). Jalan darat masih berupa jalan setapak yang hanya dapat dilalui dengan jalan kaki dengan waktu tempuh antara 7 - 8 jam. Pustu Semadu diharapkan dapat mengakomodir masyarakat di desa Semadu dan desa tetangganya seperti Menawai Tekam dan Kumpang Bis. Selanjutnya seiring tuntutan perkembangan dan sesuai dengan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, dimana program penyehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas, dibangunlah Pondok Bersalin Desa (Polindes). Di Polindes ditempatkan seorang Bidan di Desa (BDD). Pelayanan diutamakan pada pemeriksaan ibu hamil, bayi dan balita, program Keluarga Berencana, serta pelayanan kesehatan dasar. Polindes Menawai Tekam tercatat sebagai Polindes pertama. Menyusul beberapa tahun kemudian Polindes di Semadu, Kumpang Bis, Merbang, Sungai Ayak III, Tapang Pulau, Entabuk, dan terakhir dibangun pada tahun 2006 yaitu Polindes Sungai Ayak I. Di bawah ini kami coba memaparkan masing-masing Pustu dan Polindes tersebut.


Pustu Semadu
Pustu ini beralamat di Dusun Semadu, Desa Semadu, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau. Didirikan pada tahun 1980. Merupakan Pustu pertama di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ayak. Wilayah kerja meliputi desa Semadu dan sekitarnya. Luas bangunan 12x6 m2. Jarak Pustu dari Puskesmas lebih kurang 32 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dengan kendaraan roda 2 maupun 4, itu jika cuaca bersahabat. Namun kalau hujan, jangan coba, bisa-bisa nginap dipertengahan jalan. Tahun 2005 lalu, direhab total, hingga sekarang keadaan menjadi jauh lebih baik. Pustunya cukup bagus, lantai keramik namun sayang peralatan maupun perabotan yang diperlukan sama sekali tidak ada. Petugas terpaksa bekerja dengan peralatan seadanya. Ditalangi sendiri maupun pinjam sana-sini. Akai dai !
Satu petugas (perawat) telah ditempatkan untuk melayani masyarakat Semadu dan sekitarnya, sehingga masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan tidak perlu jauh-jauh ke Puskesmas yang tentunya memakan waktu dan biaya.


Yepta Pius




Beginilah keadaan jalan ke Pustu Semadu selepas hujan. Ban motor tak bisa berputar. Akhirnya..... ditinggal di tengah jalan.

---------------------------------------------------

Puskesmas Pembantu (Pustu) SP 10 Kumpang Bis


Didirikan bersamaan dengan dibukanya lahan perkebunan kelapa sawit milik PT KSP. Selain membuka kebun, PT KSP juga mendatangkan warga transmigrasi ke lokasi ini. Baik transmigrasi dari pulau Jawa maupun transmigrasi lokal dari penduduk kampung sekitarnya. Berdiri pada tahun 1995 guna melayani warga transmigrasi di SP 10 Kumpang Bis dan sekitarnya. Pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kesehatan dasar yaitu pengobatan. Di Pustu ini ditempatkan seorang perawat.
Menginjak 10 tahun usianya, Pustu ini nyaris tak bisa ditempati lagi. Ngengat dan rayap telah menggerogoti bangunan yang terbuat dari papan dengan jenis kayu kelas tiga. Sehingga pada tahun 2007 Pustu SP 10 Kumpang Bis direhab total. Bangunan baru terbuat deri plesteran semen dengan kerangka dari kayu belian, kayu kelas II dan kelas III, serta atap dari seng.


Khairil Anwar, petugas Pustus SP 10 Kumpang Bis





------------------------------------------


Pustu Batu Ampar

Tak ada yang membantah bahwa Pustu Batu Ampar menempati lokasi yang keliru pada saat dibangun pada tahun 1982, setahun setelah Pustu Semadu didirikan. Pustu yang beralamat di dusun Sungai Sawak (Batu Ampar), Desa Tapang Pulau, terletak di pinggiran Sungai Ayak, yaitu sungai yang merupakan urat nadi perhubungan utama dari kota Sungai Ayak sebagai ibu kota Kecamatan Belitang Hilir ke desa-desa yang ada. Beberapa desa dilalui oleh sungai ini yaitu desa Sungai Ayak III, desa Merbang, desa Tapang Pulau, desa Kumpang Bis, desa Semadu, dan desa Menawai Tekam.
Pada tahun 1984, dipinggiran sungai, agak jauh dari pemukiman penduduk dusun Sungai Sawak, dibangun Puskesmas Pembantu kedua untuk Kecamatan Belitang Hilir. Pemilihan lokasi ini bukan dengan pertimbangan tanpa alasan karena :

  1. Letaknya strategis untuk melayani masyarakat di desa Tapang Pulau, desa Kumpang Bis, dan sebagian desa Merbang.
  2. Dilalui jalur transportasi utama pada saat itu yaitu Sungai Ayak.
  3. Batu Ampar merupakan pangkalan bagi pedagang kecil di desa tersebut point 1.

Bangunan Pustu dengan panjang 10 m dan lebar 6 meter dibagi menjadi 2 bagian sama panjang. Satu bagian menjadi tempat pelayanan, dan satu bagian sebagai tempat tinggal petugas yang datang berkunjung dan menginap untuk beberapa hari. Belum ada petugas yang ditempatkan karena tenaga yang ada masih terbatas sehingga dibuatlah jadwal kunjungan beberapa hari dalam satu bulan.
Dalam perjalanan waktu, Pustu ini ternyata menjadi terasing. Saat transmigrasi mulai masuk di wilayah Kecamatan Belitang Hilir dan jalan darat dibangun masuk ke desa-desa yang dulunya menggunakan jalur sungai, Pustu Batu Ampar yang sedikit menyelinap di balik pepohonan karet mulai terabaikan keberadaannya. Ditambah lagi, petugas yang sejak tahun 1997 ditempatkan pada Pustu tersebut tidak bertempat tinggal disitu, membuat Pustu ini kurang terurus hingga semakpun akhirnya menusuk hingga ke atap dan nyaris menyelimuti seluruh bangunan. Petugas yang ada lebih senang melayani penduduk dari rumah ke rumah pada saat jam kerjanya, dari pada menunggu dan melayani masyakat di Pustu. Alasannya, jauh, terpencil, dan sunyi.
Rehab berat (total) yang dilakukan pada tahun 2006 tidak mampu mengembalikan kejayaan Pustu ini ke masa awalnya. Upaya untuk merelokasi ke dekat pemukiman di dusun Sungai Sawak terbentur pada dana yang tidak mencukupi, meskipun masyarakat dusun Sungai Sawak sudah menyetujui dan menyiapkan lokasi.
Jadilah ia sebuah Pustu yang meski baru direnovasi namun fungsinya sekedar untuk menyatakan bahwa anggaran sudah diserap dan bangunan sudah diselesaikan dengan baik. Akan halnya petugas yang di SK-kan di Pustu Batu Ampar, tetaplah jadi mantri keliling.


Heri Susanto, petugas Pustu Batu Ampar


--------------------------------------------

Puskesmas Pembantu Tapang Pulau

Dimana ada pemukiman transmigrasi disitu ada sarana kesehatan. Begitu pula yang terjadi pada pemukiman transmigrasi SP 4 Tapang Pulau, di desa Tapang Pulau, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau. Pustu ini dibangun mengikuti aliran transmigrasi ke wilayah desa Tapang Pulau pada tahun 1986. Luas bangunan 60 m persegi menempati tanah seluas 1.250 m persegi. Saat ini petugasnya kosong, masih dirangkap oleh petugas dari Pustu Batu Ampar. Bangun Pustu merupakan bangunan semi permanen dengan kerangka dari kayu, dinding plesteran semen, dan atap seng. Keadaan Pustu Tapang Pulau saat ini mulai memprihatinkan. Kerusakan terjadi di beberapa bagian. Lantai, dinding, dan atap. Sedangkan wc tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ditambah lagi perabotan dan peralatan kerja yang sama sekali tidak ada, lengkaplah sudah kepapaan Pustu Tapang Pulau. Hingga tulisan ini diturunkan, belum ada upaya pemerintah baik tingkat kabupaten, propinsi, maupun pusat untuk mengadakan perabotan dan peralatan yang memadai bukan saja bagi Pustu Tapang Pulau, melainkan hampir keseluruhan Pustu dan Polindes yang ada di Kecamatan Belitang Hilir. Pelayanan yang maksimal sudah pasti tidak dapat diharapkan dari sebuah Pustu yang tidak punya apa-apa. Keinginan akan sulit tercapai tanpa sarana yang memadai. Dan jika target tak tercapai untuk sasaran yang telah ditetapkan, patutkah kita mencari siapa yang salah ?

--------------------------------------------------

Puskesmas Pembantu SP 5 Melanjan

Ini adalah contoh pembangunan yang sangat tidak berguna. Membangunan sarana kesehatan tanpa memikirkan petugas yang akan menempati dan mengelolanya. Sudah dibangun, tidak pernah ditempati karena tenaga yang diperlukan tidak ada, akhirnya ilalang yang merajalela. Beberapa tahun sejak dibangun, Pustu ini terlantar tak terurus. Semak dan ilalang menutupi halamannya. Jadilah ia seperti yang kita saksikan pada foto yang disertakan. Bolong di sana-sini. Ia tidak mencerminkan sebuah bangunan kesehatan yang mestinya berlingkungan bersih, sehat, dan rapi. Tapi syukurlah, meski jelek-jelek begini, masih ada yang melirik. Ada warga trans yang tak punya rumah, melihat peluang untuk tinggal di Pustu ini. Dua keluarga berteduh di sini. Lumayan kan ? Biar jelek masih berguna juga buat warga yang tak punya rumah.



Puskesmas Pembantu SP 5 Melanjan


-------------------------------------

Puskesmas Pembantu Engkerauk

Nama Pustu ini sering mengelirukan dan membuat salah kaprah. Ia bernama Pustu Engkerauk namun letaknya di dusun Entabuk yaitu dusun yang menjadi Pusat Desa Entabuk, sedangkan Engkerauk adalah nama dusun di bawah desa Entabuk yang jaraknya 2 km dari dusun Entabuk, masyarakat setempat menyebutnya Entabuk Darat, karena dusun ini dihuni oleh orang-orang dari Suku Mualang (Darat) dan terletak agak jauh dari pinggiran sungai Kapuas, sementara Entabuk air dihuni oleh masyarakat dari suku Senganan (Melayu turunan Dayak/suku Air) terletak dipinggiran sungai Kapuas.
Dasar pemikiran mendirikan Pustu di dusun Engkerauk mengingat bahwa masyarakat dusun Engkerauk pada waktu itu cukup terasing, jauh dari jangkauan petugas kesehatan sehigga dianggap layak jika Pustu dididrikan di dusun tersebut. Jadilah - di dalam dokumen proyek ia dinamakan proyek pembangunan Pustu Engkerauk. Namun dalam pelaksanaannya, kontraktor melihat lain. Mengangkut bahan bangunan ke dusun Engkerauk bukanlah perkara mudah. Biaya pun pasti membengkak, dan untung pasti menipis. Apa akal ? Lobby !
Kongkalikonglah dengan pengada proyek, beri alasan masuk akal meski dikarang-karang. Buat dokumen pendukung. Alhasil, pemberi borongan yang enggan turun lapangan bisa diyakinkan, ditambah lagi iming-iming menebalnya amplop, maka Puskesmas Pembantu Engkerauk yang semestinya di dirikan di dusun Engkerauk, pindah alamat ke dusun Entabuk dengan nama tetap : Puskesmas Pembantu Engkerauk. Semua itu terjadi di tahun 1986 dimana jalur lalu-lintas utama adalah jalur sungai, prasarana pengangkutan orang dan barang.
Dibangun di dataran rendah pinggiran sungai, Pustu ini sering terendam banjir bila musim pasang tiba dibulan September hingga Desember. Tidak masalah, karena hingga empat tahun sejak didirikan, belum ada petugas yang menempati Pustu Engkerauk ini. Barulah pada tahun 1991 seorang perawat tamatan Yarsi Pontianak mendapat SK penempatan pada Pustu Engkerauk. Barulah timbul masalah. Petugas yang menetap di Pustu Engkerauk, setiap bulan September – Desember pastilah mengeluh Pustunya kebanjiran. Usul relokasipun mengalir. Dari tahun ke tahun selalu disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.Telinga yang pekak akhirnya mendengar juga. Dalam tahun 1999 Pustu Engkerauk direhab total dan direlokasi. Alamat baru, samping Kantor Desa entabuk, bertetangga dengan SDN No. 10 Entabuk. Bebas banjir. Tak perlu lagi was-was melihat air Kapuas mulai naik.



Zuliati, perawat di Pustu Engkerauk

------------------------------------------------------

Pustu SP 1 Merbang

Pustu lahir dan berawal dari Balai Pengobatan yang didirikan oleh Departemen Transmigrasi pada tahun 1985. Berdirinya Balai Pengobatan SP1 Merbang guna melayani warga transmigran, baik yang berasal dari Jawa maupun masyarakat di kampung sekitarnya. Lokasi transmigrasi SP1 Merbang merupakan lokasi transmigrasi pertama di Belitang Hilir. Tahun 1991 Balai Pengobatan yang dirasa kurang memadai lagi, ditingkatkan menjadi Puskesmas Pembantu. Satu orang tenaga perawat ditempatkan disini. Hingga awal tahun 2008 beberapa perawat yang pernah bertugas disini yaitu Pisianus (almarhum), Juniarto, dan Priska Nonie Upek. Nama terakhir ini ditugaskan pada Pustu SP 1 Merbang sejak bulan Agustus 2007. Bangunan Pustu yang sudah berusia 17 tahun ini kondisinya mulai kurang baik. Diperlukan perbaikan untuk WC, lantai, tangga, langit-langit, dan atap. Selain itu, bangunan ini tidak memiliki peralatan yang diperlukan guna menunjang kelancaran pekerjaan petugasnya. Tidak ada perabotan dan peralatan medis yang tersedia. Saat diadakan pengobatan massal pada tanggal 11 September 2007 lalu, terpaksa meminjam meja dan kursi milik tetangga. Bahkan seorang dokter mesti menggunakan kotak suara (salon) untuk alas menulis. Entah kapan pemerintah daerah kabupaten Sekadau bisa mengadakan perabotan, bukan saja bagi Pustu SP 1 melainkan untuk seluruh Pustu yang ada di Kecamatan Belitang Hilir. Jika ada perabotan dan peralatan kerja yang memadai, tentunya petugas akan dapat bekerja dengan baik, tidak terbebani dengan berbagai ketiadaan.



Polindes Sungai Ayak I

Ini Polindes termuda di jajaran Polindes yang ada di Kecamatan Belitang Hilir. Dibangun pada akhir tahun 2006 dengan luas lantai 42 m persegi, berlokasi di dusun Sebedau, kurang lebih 11 km dari pusat desa Sungai Ayak I. Selain ditempuh lewat jalan darat, dapat juga menggunakan jalur sungai yaitu Sungai Kapuas - sungai terpanjang di Indonesia. Berdirinya Polindes ini, seiring ditempatkannya seorang Bidan di Desa Sungai Ayak I, yang ketika awal bertugasnya harus menggunakan Balai Desa guna pelayanan kepada masyarakat, terutama ibu hamil. Beberapa tahun menunggu, barulah Polindes ini lahir menyusul keberadaan sang Bidan. Meski pun Polindesnya sudah berdiri kokoh, namun hingga saat ini, Bidan desa Sungai Ayak I tetap bertempat tinggal di dusun Sungai Ayak I - pusat desa. Pelayanan di Polindes dilakukan secara berkala sekali seminggu, berbagi hari dengan dusun Sungai Asam yang juga merupakan wilayah kerja bidan di desa Sungai Ayak I.


Eriyati, Bidan Desa Sungai Ayak I

--------------------------------------

Polindes Entabuk
Nama Polindes memang sering jadi masalah. Bukan masalah yang berat sih. Tapi bisa membuat orang kelimpungan. Saat Polindes Janang Ran akan direnovasi pada tahun 2006 lalu, pihak pemborong yang mendapat pekerjaan renovasi dari Dinas Kesehatan dan Keluarga berencana

Polindes Entabuk di dusun Janang Ran

Kabupaten Sekadau jadi bingung. Dalam kontrak tertulis Polindes Entabuk. Jadi, mereka pikir Pustu Engkerauk (Entabuk) yang terletak di dusun Entabuk itulah Polindes yang bakal direhab. Saat berkunjung ke lokasi, mereka jadi kaget. Bangunannya masih cukup bagus, koq direhab total ? Ada tawar menawar di lapangan, agar lokasi pembangunan Polindes di pindahkan ke Janang Ran. Sementara pihak dusun Janang Ran juga menyetujui, dan Kepala Dusunnya sempat membuat pernyataan tidak berkeberatan dan sanggup menyediakan lokasi bagi pembangunan Polindes. Namun setelah bertemu Kepala Puskesmas Sei. Ayak yang merupakan instansi induk dari Polindes Entabuk, barulah ketemu jati dirinya. Bahwa benar Polindes Entabuk yang disebutkan dalam kontrak kerja adalah Polindes yang beralamat di dusun Janang Ran, desa Entabuk. Polindes yang berdampingan dengan Sekolah Dasar Janang Ran, tempatnya bidan Wulansari bertugas. Plong ! Pembangunanpun dilaksanakan akhir Desember 2006. Selesai. Kelihatan lebih asri dari pada sebelumnya.

Bidan Wulansari


1 komentar:

Sigit Djatmiko mengatakan...

kacian deh, pustunya kok hampir roboh