09 Agustus, 2008

FILARIASIS DI BELITANG HILIR




Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga memnjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.
Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas hampir di seluruh propinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1.553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survai laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global ( The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020 )



Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun dilokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia telah melaksanakan eliminasi penyakit kaki gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan. Perluasan wilayah dilaksanakan setiap tahun. Penyebab penyakit kaki gajah adalah tiga spesies cacing filarial yaitu; Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.



Vektor penular



Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres yang dapat berperan sebagai vector penular penyakit kaki gajah.



Cara Penularan



Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.



Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).



Diagnosis



Diagnosis Filariasis dapat ditegakkan secara Klinis ; yaitu bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan gejala akut ataupun kronis ; dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat. Seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan mikrofilaria. Pencegahan ; adalah dengan berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector ( mengurangi kontak dengan vector) misalnya dengan menggunakan kelambu bula sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk bakar, mengoles kulit dengan obat anti nyamuk, atau dengan cara memberantas nyamuk ; dengan membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk ; membersihkan semak-semak disekitar rumah.



Di Belitang Hilir - Kalbar



Berkenaan dengan penyakit filariasis ini, di Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau, Propinsi Kalimantan Barat, pada tanggal 2 Agustus 2008 telah ditemukan pasien yang di duga menderita filariasis. Pasien bernama Jubaidah (67 tahun) asal dusun Pinyak Desa Sungai Ayak III, telah mengalami pembengkakan di kaki (telapak kaki hingga lutut) sejak kurang lebih 15 tahun lalu.



Menurut penuturan janda tanpa anak ini, pada mulanya beliau menderita luka di telapak kaki karena menginjak pisau yang biasa digunakan menyiangi ladang. Luka yang terjadi saat beliau berusia sekitar 15 tahun tersebut tidak kunjung sembuh. Bahkan menjadi infeksi yang menjalar hingga ke tumit. Upaya pengobatan telah dilakukan kesana-kemari, namun tidak membuahkan hasil. Ke mantri, ke dokter, bahkan pengobatan secara tradisional pun semuanya sudah dicoba, namun luka akibat pisau penyiang padi itu tidak juga menunjukan tanda kesembuhan. Hingga suatu saat, ada seorang tabib yang datang dari Jawa dan mengadakan praktek pengobatan di kota Sekadau. Berharap akan kesembuhan, nenek Jubaidah yang sehari-hari dipanggil Empap ini pun mencoba peruntungan, berobat pada tabib yang konon mampu menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit. Dari sang tabib, nenek Jubaidah memperoleh semacam obat gosok (minyak angat) yang menurut anjuran tabib, dioleskan pada luka dan sekitarnya. Telapak kaki bawah-atas hingga betis, diurut dengan obat tersebut. Namun apa yang terjadi, bukan kesembuhan yang di dapat melainkan pembengkakan pada telapak kaki hingga betis yang sampai sekarang tetap bertahan tidak mau hilang.



Tahun 2006, lantaran usia yang semakin tua serta tidak ada yang menjaga dan memberi nafkah sehari-hari, nenek Jubaidah pindah dari Entabuk (tempat tinggalnya semula) ke Dusun Pinyak dalam wilayah desa Sungai Ayak III. Di dusun Pinyak, nenek Jubaidah tinggal bersama nenek Mardiah, saudara perempuannya yang juga janda namun punya seorang anak laki-laki yang saat ini sudah berkeluarga. Dalam tahun 2006 itu juga, pada bulan September, lantaran luka di telapak kaki yang kian menyiksa dan mengalami infeksi hebat, nenek Jubaidah akhirnya menjalani rawat inap di Puskesmas Sungai Ayak. Pengguna Kartu Askeskin Nomor 05434/1504/SKD dirawat selama lebih dari satu minggu. Ditangani oleh dr Rossy Tejaningsih, luka infeksi tersebut akhirnya sembuh. Namun pembengkakan di telapak hingga lutut, sampai hari ini tak juga surut. Adakah ini bersebab dari penyakit kaki gajah ataukah sebab lainnya ? Hanya laboratorium yang dapat membuktikan, karena upaya kearah tersebut sedang dilakukan.








Nek Jubaidah





Kaki yang membengkak





Bekas luka





Biar kaki gajah, rokok jalan terus.











Tidak ada komentar: