25 Februari, 2009

KELUARGA SADAR GIZI

KADARZI (Keluarga Sadar Giz) adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya.
Untuk mencapai Kadarzi diperlukan serangkaian kegiatan pemberdayaan di berbagai tingkat mulai dari keluarga, masyarakat dan petugas yang diarahkan untuk meningkatkan kepedulian terhadap perbaikan gizi masyarakat melalui Gerakan Nasional.

TUJUAN
Umum
Tercapainya keadaan gizi yang optimal untuk seluruh anggota keluarga

Khusus
1. Meningkatnya pengetahuan dan perilaku anggota keluarga untuk mengatasi masalah gizi
2. Meningkatnya kepedulian masyarakat dalam menanggulangi masalah gizi keluarga
3. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan petugas dalam memberdayakan masyarakat/keluarga dalam mencegah dan mengatasi masalah gizi

SASARAN
1. Seluruh anggota keluarga
2. Masyarakat yang terdiri dari : penentu kebijakan, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, swasta/dunia usaha
3. Petugas teknis dari lintas sektor terkait di berbagai tingkat administrasi

INDIKATOR
Terdapat 5 indikator Kadarzi yang sudah disepakati yaitu :
1. Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan
2. Keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya, khususnya balita dan ibu hamil
3. Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya
4. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif
5. Keluarga biasa sarapan/makan pagi

Indikator tersebut di atas digunakan untuk menilai perubahan perilaku gizi anggota keluarga. Keberhasilan program Kadarzi harus diikuti dengan meningkatnya status gizi masyarakat.

STRATEGI
Tahap awal strategi pemberdayaan kadarzi dimulai dari melibatkan secara aktif keluarga dalam pemetaan kadarzi untuk identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga. Dan identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga. Hasil pemetaan dibahas bersama masyarakat untuk merencanakan tindaklanjut. Apabila masalah tersebut bisa diselesaikan langsung oleh keluarga maka perlu dilakukan pembinaan, akan tetapi apabila ditemui masalah kesehatan dan masalah lain maka perlu dirujuk ke petugas kesehatan dan petugas sektor lain.

Strategi yang dilakukan dalam mewujudkan Kadarzi adalah :
1. Pemberdayaan keluarga dengan menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang, misalnya melalui pengembangan konseling dan KIE sesuai kebutuhan setempat
2. Melakukan advokasi dan mobilisasi para pengambil keputusan, pejabat pemerintah di berbagai tingkat administrasi, penyandang dana dan pengusaha dengan tujuan meningkatkan kepedulian/komitmen terhadap masalah gizi di tingkat keluarga
3. Mengembangkan jaring kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, tokoh agama, media massa, kelompok profesi lainnya untuk mendukung tercapainya tujuan Kadarzi
4. Menerapkan berbagai teknik pendekatan pemberdayaan petugas ditujukan untuk mempercepat perubahan perilaku dalam mewujudkan kadarzi

KEGIATAN PADA SETIAP TINGKAT

Tingkat Keluarga
1. Menerapkan perilaku kadarzi untuk seluruh anggota keluarga
2. Merujuk anggota keluarga yang bermasalah gizi dan tidak dapat ditanggulangi ditingkat keluarga

Tingkat Desa
1. Melakukan pemetaan kadarzi di wilayah kerjanya
2. Melakukan analisa data hasil pemetaan kadarzi
3. Menyampaikan hasil analisa kadarzi kepada pemuka desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi masyarakat (seperti PKK, kelompok agama), petugas dan kader dalam suatu pertemuan
4. Membuat rencana tindak lanjut untuk peningkatan kadarzi di tingkat desa
5. Menyampaikan usulan tindaklanjut ke tingkat kecamatan untuk hal-hal yang tidak dapat dipecahkan di tingkat desa

Tingkat Kecamatan
1. Mengkaji hasil pemetaan dan konseling kadarzi tingkat desa sebagai bahan perencanaan selanjutnya.
2. Mengkaji hasil pemetaan kadarzi dengan hasil pemantauan status gizi (PSG)
3. Melakukan pertemuan mengenai hasil analisis kadarzi pada rapat koordinasi yang ada di tingkat kecamatan
4. Melakukan pemantauan dan bimbingan teknis di tingkat desa
5. Menyampaikan usulan tindaklanjut ke tingkat kebupaten/kota untuk hal-hal yang tidak dapat dipecahkan di tingkat kecamatan

Tingkat Kabupaten/Kota
1. Mengkaji hasil pemetaan kadarzi dengan hasil pemantauan status gizi (PSG), dan hasil pemantauan yang lain seperti pemantauan gram konsumsi, Pemantauan Konsumsi Gizi, Pemantauan Hasil Penimbangan
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kadarzi secara berkesinambungan untuk mendapatkan dukungan kebijakan dan sumber daya
3. Mengembangkan materi pelatihan dan petunjuk teknis pelaksanaan dan hasil temuan masalah
4. Mengembangkan berbagai bentuk media KIE sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat
5. Melaksanakan pemantauan, pembinaan dan bimbingan teknis ke tingkat kecamatan
6. Menyampaikan usulan tindaklanjut ke tingkat propinsi untuk hal-hal yang tidak dapat dipecahkan di tingkat kabupaten/kota

Tingkat Propinsi
1. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kadarzi secara berkesinambungan untuk mendapatkan dukungan kebijakan dan sumber daya
2. Melakukan studi terapan untuk pengembangan kadarzi yang sesuai dengan kondisi daerah
3. Menjalin kerjasama dengan lintas sektor terkait termasuk universitas, organisasi masyarakat, dengan memanfaatkan forum koordinasi yang ada
4. Mengembangkan materi KIE dan pelatihan yang diperlukan untuk peningkatan kadarzi
5. Melaksanakan pemberdayaan tim lintas sektor kabupaten/kota
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi program kadarzi

Tingkat Pusat
1. Melakukan kajian perilaku kadarzi dengan melibatkan berbagai badan/unit penelitian, universitas di tingkat propinsi
2. Mengkaji, mengembangkan dan menetapkan indikator kadarzi
3. Menetapkan kebijakan, standarisasi dan legislasi untuk mendukung program kadarzi
4. Membuat panduan materi KIE dan pelatihan
5. Melaksanakan pemberdayaan tim linta sektor ke tingkat propinsi
6. Melakukan evaluasi pencapaian kadarzi untuk skala nasional

PENUTUP
Banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap perilaku keluarga sehari-hari khususnya dalam asupan gizi sehingga menyebabkan sulitnya mengukur perilaku gizi seimbang keluarga. Perilaku gizi keluarga sangat beragam, dan erat kaitannya dengan kebiasaan, asal daerah, dan agama yang dianut. Oleh karena itu, disamping indikator yang telah disepakati sangat dimungkinkan daerah untuk mengembangkan indikator tersebut sesuai dengan kondisi yang ada.
Untuk mencapai 80% keluarga menjadi kadarzi sebagaimana yang tertuang dalam Propenas, maka perlu adanya gerakan secara menyeluruh dan terpadu dari mulai keluarga, masyarakat, dan petugas.


By Rosamalawati, TPG Puskesmas Sungai Ayak
Sumber : Dinkes Propinsi Kalimantan Barat, Proyek Perbaikan Gizi Masyarakat

Tidak ada komentar: