09 Januari, 2009

KEJANG DEMAM

(Bagian 1)

Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >380C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium

Klinis
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berusia 6 bulan – 5 tahun. Kejang disertai demam pada bayi < 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Jika anak berusia >6 bulan atau < 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang saat demam, tidak termasuk dalam kejang demam.
Kejang demam dibagi atas 2 janis yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) yaitu kejang demam yang berlangsung singkat, < 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berupa kejang umum tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang demam tidak berulang dalam 24 jam. Kejang jenis ini merupakan 80% dari seluruh kejang demam.
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) yaitu kejang dengan salah satu ciri berikut :
• Kejang lama > 15 menit
• Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
• Berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin; dilakukan untuk evaluasi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya pemeriksaan darah perifer, elektrolitm dan gula darah
Punksi lumbal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis; resiko meningitis bakterialis adalah 0,6% - 6,7%. Jika yakin klinis bukan meningitis, tidak perlu dilakukan.
Mengingat manifestasi klinis meningitis sering tidak jelas pada bayi, maka pada :
1. Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan periksa punksi lumbal
2. Bayi antara 12 – 18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan resiko epilepsi di kemudian hari. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam tidak khas, misalnya pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.

Pencitraan seperti foto X ray, CT scan atau MRI kepala hanya dilakukan jika ada :
1. Kelainan neurologik fokal menetap (misal hemiparesis)
2. Paresis n.VI (nabdusens) – bola mata tidak dapat melirik ke lateral
3. Papiledema

PENATALAKSANAAN

Saat kejang

Umumnya kejang berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Jika masih kejang diberikan diazepam intravena 0,3 – 0,5 mg/kg bb iv diberikan dalam waktu 3 – 5 menit, dosis maksimal 20 mg. Atau diazepam per rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan < 10 kg
Dan 10 mg jika berat badan > 10 kg. Atau diazepam per rektal 5 mg untuk usi < 3 tahun dan 7,5 mg untuk usia > 3 tahun. Jika setelah pemberian diazepam per rektal kejang belum berhenti, dapat diulang dengan dosis sama setelah selang waktu 5 menit. Jika setelah dua kali pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti dianjurkan untuk ke rumah sakit.

Di Rumah Sakit

Diberikan diazepam intravena 0,3 – 0,5 mg /kg bb. Jika masih tetap kejang, berikan fenitoin intravena 10 – 20 mg /kg bb / kali dengan kecepatan 1 mg/menit atau < 50 mg / menit. Jika berhenti dosis selanjutnya fenitoin 4 – 8 mg / kg bb / hari dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika masih belum berhenti, rawat di ruang intensif.

Pemberian Obat Saat Demam

Tidak ada bukti bahwa pemberian antipiretik mengurangi risiko kejang demam, tetapi dapat diberikan parasetamol dengan dosis 10 – 15 mg / kg bb / kali diberikan 4 kali sehari, tidak lebih dari 5 kali sehari. Obat lain ibuprofen dengan dosis 5 – 10 mg / kg bb / kali diberikan 3 – 4 kali sehari. Asam asetil salisilat tidak dianjurkan terutama pada usia < 18 bulan karena risiko sindrom Reye Diazepam oral 0,3 mg / kg bb tiap 8 jam saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang demam pada 30 % - 60 % kasus, begitu pula diazepam rektal 0,5 mg / kg bb setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC. Hati-hati dengan efek samping ataksia, iritabel dan sedasi berat yang terjadi pada 25% - 39% kasus.
Fenobarbital, fenitoin, dan karbamazepin saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
(bersambung)

Sumber : CDK No. 165 / Vol. 35 No. 6

Tidak ada komentar: